Monday, December 10, 2007

Entrepreneur dan New York

Kuliah Kontek kemarin agak beda sama biasanya.
Dosen yang ngajar bukan Pak Budi, tapi CEO nya PT Mega Andalan Kalasan, namanya Pak Buntoro. Ceritanya beliau mau bagi-bagi cerita tentang pengalamannya di dunia entrepreneur.

::Eh, eh, kuliah kemaren itu digabung loh, STEI sama SBM.. ;D Dan sebenernya gw ga ikut kuliah sih, gara-gara... sakit... ehem.

Dan karena gw ga ikutan kuliahnya, gw baru tau dikasi tugas beberapa saat sebelum deadline. Dan baru jadi.. sekarang. Makasih.

Ok, jadi entrepreneur.
Ternyata, jadi entrepeneur itu gak gampang loh, malah lebih susah dari ngetiknya, hehe.. (ngetiknya susah lo).
Berikut hal-hal yang sempet disinggung selama kuliah.

Pertama,kalau pengen jadi entrepreneur, orang harus tau apa yang dia mau. Benerkah dia mau jadi entrepreneur? Kenapa? Soalnya memutuskan jadi entrepreneur itu bukan masalah memilih doang. Nggak seperti orang kantoran yang hidup dalam safe zone-nya, hidup sebagai entrepreneur itu penuh ketidakpastian dan esmosi yang naik-turun. So, kalau kira-kira diri sendiri dan keluarga gak siap mental lebih baik tunda dulu deh.
Kedua,seorang entrepeneur itu harus siap menjadi agen perubahan. Contohnya dalam kasus penurunan tingkat kriminalitas di New York tahun 1970-an. Sebelum masa itu, New York tuh kota yang nggak aman banget. Orang-orang yang berniat mampir atau bisnis di sana harus punya persiapan matang. Minimal debus-debus doang mah bisa. Tapiii.. ada kepala polisi yang bikin perubahan gede-gedean. Dalam buku "Blue Ocean Strategy" diceritain tuh polisi bikin peraturan yang mencegah timbulnya persaingan ketat yang gak sehat.
Beda lagi di buku "Freak Economy". Di sini diceritain pada masa itu ada wanita-hamil-di-luar-nikah yang ngajuin petisi pelegalan aborsi, supaya bayi-bayi tak diinginkan yang diasumsikan 'mungkin' berpotensi menghasilkan bibit-bibit kriminal bisa ditekan. Kok aneh ya, mungkin gw juga kali yang salah nangkepnya. Well, pokonya wanita itu sedang membuat perubahan, walo aneh caranya. dan pembunuhan itu dilakukan atas nama hukum
Ketiga,salah satu cara untuk mencoba jadi entrepreneur yang sukses, kita bisa praktekin elmu "The Power of Nice : Saya Sukses karena Orang Lain Juga Sukses."
Keempat,basis dari entrepreneurship itu sendiri ada empat, yaitu Knowledge, Industry, Technology, dan Business.

Dan terakhir, modal dasar entrepreneur itu BUKAN uang, tapi IDE dan IMPIAN.
::Btw, ending nya ko jadi kayak presentasi tiansi ya? ~.~

Well, that's it!!
Mungkin agak-kurang-dimengerti-sekali ya..
Maklumlah, lagi ngantuk.

Belum bayar utang tidur sabtu kemaren.
-----
LAST WEEKEND: Hari minggu, abis dari tangkuban parahu, AKHIRNYA di gerbang belakang gw sekilas ngeliat para traceur ITB yang lagi sesi latian..
Sialnya karena rada jauh dan keburu diseret buat nyelesein buletin gw ga sempet negor..
Ya sudahlah kontak" lewat YM lagi aja. Mungkin baru minggu depan gw mulai ikut latian.. :(

0 komentar: